kairin2

Shame by. morschek96

Angst, School life, Romance, Bully || PG-17!!

Kim Kai & Kang Jeorin (OC)

Other Casts.

WARNING! Cerita mengandung content bully dan unsur sarcasm.

Storyline are belong to morschek96, don’t be plagiator!

***

Jika orang berkata bahwa masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan, melainkan adalah hal yang sebaliknya dirasakan oleh Jeorin. Bagaimana mereka tertawa ketika melihatnya tengah terjatuh dan terluka. Dan menganggap ketika sekarung tepung menimpa tubuhmu adalah hal lucu.

Tak ada alasan yang masuk akal mengapa seorang lelaki membencinya separah ini. Lelaki itu adalah si Casanova sekolah, sontak semua orang juga memperlakukannya layaknya lelaki itu memperlakukan dirinya.

Jeorin bukanlah kutu buku, ia tidak berwajah jelek, dan juga tidak suka cari masalah. Yang salah disini adalah lelaki itu beserta gerombolannya yang selalu mengganggunya— Kim Kai.

.

.

Koridor bagian locker siswa adalah tempat terburuk bagi Jeorin di sekolah, yang nyatanya ia takkan bisa nyaman dimanapun di lingkungan sekolah ini. Satu tarikan napas pelan dan sejauh ini dapat dikatakan baik-baik saja. Ia berjalan lurus kedepan, lumayan jauh mengingat locker milik Jeorin berada dipaling ujung koridor, sebagaimana ia diperlakukan di tempat ini, sekelompok lelaki itu yang telah mengambil alih lockernya dan memberi Jeorin locker seperti ini.

Ia menaruh buku Fisikanya yang akan ia ganti dengan buku Geografi mengingat itulah pelajaran selanjutnya setelah istirahat.

#pukk!

Sebuah kaleng nimuman kosong mengenai punggung Jeorin, sontak ia membeku di tempat. Mengerti siapa yang melakukannya dan yang akan terjadi selanjutnya. Segerombolan tawa menggelegar di seluruh penjuru koridor.

Jangan menoleh, jangan menoleh.

“Chagiya~ aku mencarimu seharian ini. Kau tidak makan ke kantin, hm?” Seorang lelaki tinggi bermata panda yang melempar kaleng kearahnya mulai angkat bicara.

#brakk!!

“Kau tidak dengar temanku sedang berbicara denganmu, huh?!” kini giliran si albino berwajah datar yang menimpali seraya memukul pintu locker.

“Guys, jangan terlalu kasar dengannya.” Kini giliran iblis yang sebenarnya angkat bicara, “nona Kang, aku punya sesuatu untukmu.” Ia mengangkat tangannya yang memegang sekotak susu, dan dengan sengaja menuangkan isinya kearah kemeja Jeorin. “O-oh mianhe, aku menumpahkannya.”

Gelak tawa kembali terdengar di lorong tersebut, dan Jeorin hanya mengatupkan bibirnya rapat. Tak ingin mulutnya mengatakan sesuatu yang akan memperburuk suasana yang telah terjadi.

“Kai sudah minta maaf, apa kau tidak memaafkannya huh?”

“Sudahlah Sehun, kurasa ia tak semarah itu.” Kembali menampilkan smirknya yang menjengkelkan, Kai beserta kedua temannya yakni Sehun dan Tao meninggalkan Jeorin bersama para siswa lain yang masih menertawakannya.

Berjalan menuju toilet dan membersihkan bajunya dari susu cokelat sialan tadi, Jeorin tak kuasa menahan tangisnya. Ia terisak pelan seraya menggigit bibir bawah, meredam suara isaknya agar tak terlalu keras terdengar.

Mengeringkan tangannya dan membawa buku pelajarannya menuju ruang kelas. Ia bersyukur untuk yang satu ini karena tidak sekelas bersama Kai dan teman-teman tukang bullynya.

.

.

***

Pertama kali Jeorin bertemu dengan lelaki itu yakni ketika sekitar satu tahun yang lalu, tak sengaja menabrak Kai hingga keduanya terjatuh ke lantai. Mengucapkan kata maaf berkali-kali nampaknya tak cukup bagi si pangeran sekolah.

Hingga hari-harinya dicap sebagai alat bully lelaki tampan seorang Kim Kai.

Pelajaran usai dan memutuskan untuk menjadi orang yang terakhir keluar kelas, mengingat Jeorin tak terlalu suka dengan keramaian. Dan yang terpenting— menghindari kemungkinan terburuk jika ia harus bertemu dengan Kai dan teman-temannya, yang akan menambah kesialannya di hari ini.

Ia kembali berjalan di koridor locker, perasaan takut selalu menemaninya ketika melewati tempat ini. Memasukkan kunci dan membuka pintu lockernya, Jeorin menemukan sebuah sticky note yang menempel di sana. Berwarna pink tua dengan bertuliskan

‘ku dengar hari ini ulang tahumnu, huh?

aku hanya bisa mengucapkan dengan cara seperti ini.

saengil chukae jeorin-ah..^^’

Sontak Jeorin melihat sekitar, sepi. Hanya ada ia di tempat ini, apakah ini sebuah guyonan? Tidak ada yang tahu tanggal lahirnya mengingat ia memang tidak mempunyai teman di sekolah ini.

Apakah ini— penggemar rahasia?

Oh tidak. Tentu saja tidak. Singkirkan pemikiran tidak warasmu tadi Jeorin-ah. Siapa yang mau menjadi penggemar seorang pecundang sepertimu?

Tak ingin ambil pusing, Jeorin melempar sticky note tersebut ke sembarang tempat dan segera bergegas pulang ke rumah.

.

.

***

Cahaya dari toko buku tampak redup oleh malam yang kian tiba. Jeorin berdiri dengan sabar didepan pintu restaurant Tiongkok yang terbuka, menunggu seorang nenek yang membawa belanjaannya dengan hati-hati untuk dimasukkannya kedalam mobil.

Memesan dua porsi jajangmyeon ukuran besar dan menunggu di salah satu meja yang terdapat disana. Malam ini angin lumayan kencang berhembus. Meskipun hari telah petang, takkan sulit untuk menyimpulkan bahwa langit telah mendung dan akan turun hujan sebentar lagi.

15 menit berlangsung dan hanya Jeorin lewatkan untuk menatap keluar jendela kaca dan sesekali mengecek ponselnya. Jemarinya ia ketukkan ke meja kayu dengan alasan telah bosan.

Berselang beberapa menit setelah itu seorang gadis di balik meja kasir mengatakan bahwa pesanannya telah siap, ia memberikian beberapa lembar ribu won ketika hujan telah turun mengguyur malam kota Seoul.

Aniyo, hujan.

Jeorin keluar dari restaurant dengan perasaan kalang kabut. Ia menoleh ke kanan dan kiri seolah mencari bantuan, tepat setelah ia menoleh kearah kiri, tepatnya pada sebuah toko buku yang sempat ia perhatikan tadi— keluar juga seorang lelaki yang tak ingin Jeorin sebut namanya.

Lelaki tersebut menyadari keberadaan Jeorin dan menampilkan smirk tipis yang sangat Jeorin benci, dengan perasaan was was Jeorin melirik kesamping yang sialnya lelaki itu malah berjalan mendekat ke arahnya. “O-oh, nona Kang?” sapanya sok akrab. “Apa yang kau lakukan di malam yang hujan seperti ini?”

Jeorin bergeming ditempat, tak ada sedikit niatan pun untuk menjawab lelaki tersebut. Betapa sialnya hari ini ia harus berkali-kali bertemu dengan si iblis sekolah ini.

Sial, hujannya masih deras sekali.

Jeorin mengutuk hari ini dalam diam, tak bisakah lelaki ini membiarkannya tenang setidaknya untuk sehari saja? Dan— terjebak hujan dengan orang seperti Kim Kai adalah kesialan mutlak baginya.

“Nona Kang, sekarang kita sedang tidak berada di sekolah, dan aku memutuskan untuk tidak mengganggumu.” Kai tersenyum lebar, merasa menang atas gadis disebelahnya yang tetap diam bergeming. “Apakah rumahmu di sekitar sini?”

“…” Jeorin memutuskan tetap diam.

“Nona Kang?” panggil Kai sekali lagi.

“…”

“Yaa.. Kang Jeorin..!” merasa diacuhkan, Kai mengacak rambutnya frustasi.

“MWOYA..!” merasa tak tahan dengan ocehan Kai, Jeorin juga dengan semangat meneriaki lelaki tan ini.

Suasana hening, dan sejenak Jeorin bertanya-tanya apakah lelaki ini marah. Apakah ia marah karena telah diacuhkan oleh seorang Kang Jeorin dan diteriaki olehnya.

“A-aku punya payung, aku hanya ingin menawarimu pinjaman.” Ucap Kai singkat dengan sedikit terbata-bata.

“Aniyo, tidak usah.”

“Ya.. bukannya apa aku hanya bertindak sebagai lelaki disini.”

Cih, membawa nama lelaki. Apakah ia tidak sadar dengan perlakuannya kepada Jeorin selama ini, hingga tiba-tiba mengajaknya bicara dan menawarinya payung agar bisa bertindak sebagai lelaki. Lupakan.

Jeorin tetap diam tak ingin menjawab dengan kedua tangannya yang memegang keresek kantung berisi jajangmyeon.

Kai melirik Jeorin sekilas, ‘dasar keras kepala’ ucapnya dalam hati. Gadis ini memang sangat ahli dalam membuatnya cepat tersulut emosi. “A-aku akan meninggalkan payungku disini jika kau berubah pikiran.”

Kai meletakkan payungnya disebelah Jeorin dengan menyandarkannya ke sebuah pot bunga, sedetik kemudian ia telah berlari menerobos hujan dengan mengandalkan jacket untuk menutupi kepala dan tubuhnya.

Sontak Jeorin membeku di tempat. Apa yang terjadi dengan lelaki itu?

Guntur untuk sekali lagi menggelegar dengan bunyi yang memekakkan telinga, disusul angin yang berhembus kencang menerpa tubuh ringkihnya. Jeorin melihat payung yang ditinggalkan Kai dengan ragu-ragu, apakah ia harus menggunakan barang pinjaman milik lelaki jahat yang suka membullynya ketika di sekolah?

Masa bodoh dengan gengsi, egoism atau apapun itu namanya. Ia takkan mau semalaman terjebak hujan di tempat ini. Jeorin membuka payung tersebut dan berlari menerobos hujan seperti yang dilakukan Kai beberapa saat yang lalu.

.

-END-

Author note :

Hai hai.. rasanya udah lama saya gk nulis di blog ini, ;-( dan rasanya kangen hueeee… 😥 😥

Bagi yang udah lupa saya morschek96, yang nulis FF White Secrets Little Scandal dulu.. ada yg inget? (ah abaikan) Kali ini saya balik bawa FF ficlet series. Yap SERIES, jadi masih ada lanjutannya dari FF yg udah end ini.

So, mau lanjut atau gk? Terserah reader sekalian, kirim tanggapan kalian di kolom KOMENTAR ok?

Mau reqst jalan ceritanya pun bisa, nanti coba saya gabungin antara ide kalian dg plot saya. Gimana seru kan..?? #lol

Kunjungi juga blog pribadi author utk membaca FF yg lain yaa.. https;//morschek96.wordpress.com

See you guys next series yaa..^^ Annyeong!

-morschek96