EXO Kai-Roommate copy

Title: Roommate (part 2-Final)

Author: pinksmile77

Genre: Drama, Family, Mystery, Horror

Rating: PG-15

Disclaimer:

FF ini masih terinspirasi dari:

-Mini Drama Thailand yang berjudul sama tapi berbeda cerita (2%)

-Exo Next Door (?) (1%)

-Beberapa film yang mungkin mirip dengan FF ini tapi saya lupa judulnya :p (1,5%)

-Lirik lagu Adam Lambert yang berjudul “Better than I know my self” (0,5%)

-Imajinasi & ide sendiri (95%)

See the previous: Roommate (part 1)

©opyright pinksmileworld77 (Oneshoot Version)

***

 

Musim gugur 2013, Seoul.

 

Pagi itu, sebuah keluarga beranggotakan tiga orang terlihat bergotong royong memindahkan barang-barang mereka dari mobil ke dalam rumah bernomorkan 19 tersebut.

 

Chanyeol mengenal mereka sebagai keluarga Do dan bertemu dengan istri Tuan Do yang bermarga Kim saat diminta ibunya mengantar kue. Tante Kim memiliki seorang anak bernama Do Kyung Soo. Pria itu seumuran dengannya, tapi bertubuh lebih pendek dengan bibir yang membentuk hati ketika tersenyum.

 

Tak banyak yang mereka kisahkan saat tak sengaja bertemu di depan rumah. Chanyeol mengenal Kyung Soo sebagai remaja yang cenderung pendiam.

 

Suatu hari, Chanyeol merasa ada sesuatu yang membuat keadaan tetangga sebelahnya itu menjadi kacau.

 

Saat itu musim panas 2014 ketika Chanyeol mendengar bunyi-bunyi gaduh dari rumah sebelahnya. Setelah itu ia mengintip dari jendela dan melihat Kyung Soo masuk ke dalam mobilnya dengan terburu dan bibi Kim terlambat mencegahnya.

 

Kabar yang terdengar, Kyung Soo berusaha kabur dari rumah karena pertengkarannya dengan sang ayah.

 

Chanyeol tak pernah menyangka jika keluarga yang awalnya terlihat harmonis itu bisa retak seketika. Entah kekacauan apa yang telah terjadi, sebuah kabar mengejutkan datang bagai petir di siang bolong.

 

Mobil yang dikendarai Kyungsoo lepas kendali hingga melanggar pembatas jalan dan terjatuh ke jurang. Nyawa anak Tuan Do satu-satunya itu tak dapat terselamatkan. Sejak kejadian itu, Tuan Do dan bibi Kim jarang terlihat pulang ke rumah nomor 19, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk pindah dari sana.

 

***

 

Musim semi 2015, Seoul.

 

Sore itu, Kai mengingat kembali semua cerita Chanyeol sembari memegang selembar memo berisikan sebuah nomor telepon.

 

Itu adalah nomor telepon ibunya.

 

Sejenak, Kai sempat terpikir bahwa ibunya itu telah tiada. Tapi ternyata dugaannya salah.

 

Lalu untuk apa ibunya mewariskan sebuah rumah untuknya?

 

Kai memejamkan matanya yang terasa berat sejak memikirkan semua keruwetan tentang masa lalunya. Pekerjaannya bahkan tak tersentuh lagi sejak kemunculan gadis bernama Shin Sekyung beserta kejadian-kejadian menyeramkan yang dialaminya beberapa malam ini.

 

Ia ingin mendengarkan keseluruhan cerita dari mulut ibu kandungnya sendiri. Tapi apakah Kai siap untuk bertemu dengan wanita yang mewariskannya sebuah rumah tersebut?

 

Setelah menimbang-nimbang cukup lama, akhirnya Kai pun menghubungi nomor tersebut. Jantungnya berdegup tak karuan saat terdengar nada tunggu di ponselnya.

 

“Halo?” Suara lembut seorang wanita menyapa di seberang sana.

 

***

 

Di sebuah bangku taman daerah, kini Kai dan seorang wanita paruh baya berambut pendek duduk bersama. Ya, itulah ibunya.

 

Setelah perbincangan singkat melalu telepon, mereka akhirnya memutuskan untuk bertemu.

 

Tidak ada drama dalam pertemuan singkat tersebut. Kim Myungji hanya memeluk tubuh anaknya yang melebihi tingginya. Kai pun merengkuh tubuh ibunya dengan kikuk.

 

Keheningan melanda saat semilir angin menerpa rambut kedua ibu dan anak tersebut.

 

“Dia adalah pria yang baik. Ayah tirimu.”

 

Kai menatap wajah mungil ibunya yang tertimpa cahaya matahari sore. Tampak beberapa kerutan di wajahnya, namun wanita itu tetap terlihat menawan.

 

“Kami bertemu di Jepang saat ayah kandungmu pergi entah kemana, lari dari tanggung jawabnya.” Sang ibu mengambil jeda sejenak. “Saat itu ibu begitu muda dan yang terlintas pertama kali di benak seorang wanita tercela seperti ibu adalah menitipkanmu di sebuah panti asuhan yang akhirnya merawatmu hingga sebesar ini. Ibu terlalu malu untuk mengakui keberadaan dirimu di hadapan orang lain. Maafkan ibu yang terlalu egois…”

 

Kai menggeleng. “Ibu tidak perlu meminta maaf karena ibu melakukan hal yang benar. Aku ingin berterima kasih karena ibu masih mau melahirkanku ke dunia ini, bahkan menitipkanku di panti asuhan. Tidak terbayang jika saja waktu itu ibu berpikir pendek untuk melakukan aborsi atau bahkan membuangku begitu saja.”

 

Myungji meneteskan air matanya sembari mengangguk. “Kau benar. Kau tumbuh menjadi anak baik, Kim Kai. Ibu sangat bangga padamu.”

 

Seulas senyum nampak di wajah Kai. Tidak sia-sia perjuangannya selama ini menjadi anak pintar hingga berhasil meraih beasiswa dan anak yang kuat hingga mampu mengambil keputusan untuk keluar dari panti asuhan saat berumur 17 tahun dan menghidupi dirinya sendiri, saat dimana ia tahu tentang ibu kandungnya.

 

“Apa ibu bahagia?” Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Kai.

 

“Bahagia?” Tiba-tiba wajah Myungji kembali sendu. “Ibu bahagia saat Do Kyung Soo lahir. Bocah itu begitu baik, mudah di atur, namun cukup pendiam. Kalian hanya beda setahun.”

 

Kai sedikit menundukkan kepalanya. Entah kenapa ia tidak begitu suka mendengar ibunya membandingkan dirinya dengan anak ibunya yang lain.

 

“Saat itu ibu terlalu bahagia hingga memanjakannya.”

 

Duduk Kai semakin gelisah. Ia iri dengan Do Kyung Soo yang mendapatkan perhatian dari ibunya.

 

“Namun Tuhan seakan tahu bahwa kebahagiaan ibu sudah melewati batas hingga akhirnya Kyung Soo harus pergi selama-lamanya.”

 

“Boleh aku tahu karena apa?” tanya Kai hati-hati dan rasa ingin tahu.

 

Myungji menarik napas sejenak. “Bocah yang gemar menulis cerita itu awalnya hanyalah segelintir remaja lainnya yang sibuk mencari jati diri. Namun rupanya ia mendengar pembicaraan ibu dan ayahnya tentang dirimu. Kyung Soo mungkin tidak terima dengan kenyataan yang ada. Dia pergi dengan mengendarai mobilnya dan menghilang. Lalu yang kami tahu setelahnya adalah berita kecelakaan yang telah menewaskannya.” Myungji tersenyum pahit. “Tuhan benar-benar tahu bagaimana cara menghukum ibu.”

 

Kai melihat kesedihan seorang ibu yang kehilangan anak di wajah ibunya. Ia mendekat dan merengkuh tubuh Myungji. “Mulai sekarang aku akan berada di sisi ibu.”

 

Myungji yang awalnya tertegun kemudian menggeleng. “Jangan.”

 

Kai melepaskan pelukannya dan menatap ibunya heran.

 

“Setelah kehilangan Kyung Soo lalu memintamu kembali hanya akan membuat ibu semakin tamak!” raung Myungji.

 

Hening sejenak sebelum akhirnya Kai kembali teringat dengan pertanyaan yang membuatnya menginjakkan kaki di Seoul. “Lalu kenapa ibu mewariskan sebuah rumah untukku?”

 

“Karena itu satu-satunya yang bisa ibu berikan kepadamu. Setiap pulang ke Seoul, kau bisa tinggal di rumah itu dan ibu bisa menemuimu tanpa berhak memilikimu.”

 

Kai mencoba memahami prinsip ibunya yang tetap tidak mau berada di sisinya bahkan setelah saudara tirinya meninggal. Mungkin, ia benar-benar tidak diinginkan.

 

“Tapi rumah itu sudah menjadi hakmu. Terserah jika kau mau melakukan apa saja.”

 

Kai memandang jauh ke depan, mengulang kembali semua cerita yang telah diketahuinya dari sang ibu. Tapi, ada sebuah nama yang tidak pernah disebut, bahkan ada dalam cerita tdrsebut.

 

“Lalu siapa gadis yang bermama Shin Se Kyung itu?”

 

Kedua alis Myungji bertaut. “Shin Sekyung? Apa kau mengenalnya juga?”

 

“Aku pernah bertemu dengannya.”

 

Myungji terlihat ragu sejenak.

 

***

 

Kai membuka kotak panel listrik di rumahnya dan terlihatlah jepit hitam milik Sekyung yang masih terselip di sela katup. Seketika itu juga Kai teringat kembali akan pembicaraannya bersama sang ibu.

 

“Sekyung adalah gadis pertama yang berani menyatakan cinta kepada Kyungsoo. Awalnya mereka berdua terlihat sebagai pasangan yang menggemaskan. Sering kali bertengkar, tapi selalu terlihat serasi. Kyungsoo yang cenderung pasif membuat Sekyung semakin gencar. Gadis itu sering kali lupa waktu jika sudah bermain ke rumah hingga terkadang membuat Kyungsoo jengah.” Myungji mengambil jeda seraya tersenyum tipis. :Kyungsoo yang jenius akhirnya sengaja menyabotasi listrik di rumah agar selalu padam setiap pukul 9 malam untuk menakut-nakuti Sekyung supaya gadis itu segera pulang.”

 

“Tapi akhirnya Sekyung menyadari juga hal tersebut dan Kyungsoo dilanda kepanikan!” Tawa pendek Myungji perlahan pudar. “Sayangnya gadis yang periang itu tiba-tiba berubah murung setelah ditinggal pergi oleh Kyungsoo. Dan kabar terakhir yang ibu dengar, Sekyung masuk rumah sakit karena percobaan bunuh diri.”

 

“Ibu sangat ingin menjenguk, tapi kedua orang tuanya tidak mau menerima kehadiran ibu lagi karena mereka menganggap kalau Kyung Soo telah memberi dampak buruk kepada anaknya. Jadi ibu bisa apa lagi?”

 

Kai menghembuskan napas panjang dan berat. Ia tidak mengerti dengan kenyataan yang ada. Diamatinya jepit rambut tersebu cukup lama hingga akhirnya Kai kembali menghubungi ibunya.

 

“Aku perlu bertemu dengan Shin Sekyung.”

 

Ibunya yang ada di seberang sana terlihat ragu sejenak. “Tapi, bukankah ibu sudah memberitahumu kalau mereka menolak untuk…”

 

“Aku yang akan kesana. Seorang diri.”

 

Akhirnya, berbekal informasi rumah sakit tempat Sekyung dirawat, keesokkan harinya Kai bertekad untuk menjenguk Sekyung. Ia datang tidak dengan tangan kosong. Jepit rambut milik gadis itu telah dikantonginya.

 

Setelah mengetahui nomor kamar inap Sekyung dari meja informasi, Kai mengetuk pelan pintu bertuliskan 404 tersebut.

 

“Permisi…,” gumam Kai seraya membuka perlahan pintu kamar tersebut.

 

Saat itu sedang ada seorang wanita paruh baya yang bangkit berdiri melihat kedatangan Kai. Awalnya wajah ibu itu terlihat tak bersahabat dan kebingungan. “Nuguseyo?”

 

“Annyeonghaseyo. Kim Kai imnida,” sapa Kai di ambang pintu sambil menunduk singkat. “Saya temannya Sekyung.”

 

“Oh,” gumam ibu itu seraya tersenyum. “Silahkan masuk.”

 

Dengan santun, Kai pun menuruti perintah wanita yang sepertinya merupakan ibu dari Sekyung tersebut.

 

“Saya tidak pernah tahu kalau Sekyung memiliki teman bernama Kim Kai.”

 

Ucapan ibu itu sedikit menyentak Kai, namun ia sudah menyusun sebuah skenario di kepalanya sebelum datang ke rumah sakit.

 

“Saya teman lama Sekyung. Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Saya datang dari luar kota.”

 

“Ooh…,” gumam ibu itu sembari mengangguk. “Saya ibunya Sekyung.”

 

Kai mengangguk sembari tersenyum ramah dan berdoa dalam hati semoga skenarionya tidak terbongkar. “Kalau boleh tahu, apa yang menyebabkan Sekyung jadi seperti ini?”

 

Ibunda Sekyung menghembuskan napas panjang dan lelah sambil menatap wajah putrinya yang tertutup masker oksigen. “Pagi itu, Sekyung tiba-tiba menghilang dari kamarnya dan sudah berdiri di tepi balkon, hendak bunuh diri.”

 

“Bunuh diri?” tanya Kai pura-pura terkejut.

 

Sang ibu mengangguk. “Untungnya, usaha bunuh diri itu berhasil digagalkan. Sekyung hanya terluka di bagian kepalanya, tapi cukup parah hingga akhirnya kini ia koma.”

 

Kai tiba-tiba merinding. Jika gadis yang terbaring di hadapannya ini sedang koma, berarti yang malam itu mendatangi rumahnya adalah…

 

“Bibi, sebenarnya…” Kai mengambil jeda sejenak. “Sebenarnya saya bertemu Sekyung beberapa hari yang lalu.”

 

Raut wajah ibunda Sekyung berubah seketika, mulai dari terkejut, bingung, hingga tak percaya.

 

“Roh Sekyung yang menghampiri saya.”

 

Seketika itu juga si bibi bangkit dari duduknya. “Tidak mungkin.”

 

Sebagai tambahan, Kai merogoh sakunya dan menyodorkan jepit rambut hitam tersebut. “Ini adalah milik Sekyung.”

 

Bibi menerima jepit tersebut dengan takjub. “Iya… Ini adalah milik Sekyung. Tapi kenapa barang ini bisa ada padamu?”

 

Kai tak langsung menjawab. “Seperti yang saya bilang tadi. Saya bertemu dengan roh Sekyung.”

 

Bibi langsung menarik kedua punggung Kai dengan mata melebar. “Kau tidak sedang bercanda kan, nak?”

 

Kai yang sedikit panik pun menjawab dengan terbata. “Tidak, Bi.”

 

Ibu Sekyung akhirnya melepaskan cengkramannya dari kedua pundak Kai. Wanita itu kemudian mendekatkan tubuh ke arah putrinya seraya membelai kepala Sekyung. “Kau tidak apa-apa kan, Sekyung?” gumamnya dengan sedikit terisak.

 

Kai yang merasa serba salah pun akhirnya memutuskan untuk segera pulang saja. Tapi sebelumnya, ia menyelipkan jepit rambut yang tergeletak begitu saja ke tangan Sekyung. Tak tahunya, Kai merasakan sesuatu dalam genggaman gadis itu.

 

Sebuah kunci?

 

Tanpa sepengetahuan Bibi, Kai mengantongi kunci tersebut dan membawanya pulang. Ia mempunyai dugaan.

 

Untuk membuktikannya, kini Kai telah berdiri di depan kamar berlabel “kyung’s”. Ia mengeluarkan kunci dari saku celana dan menyelipkannya di lubang kunci. Setelah dua kali putaran,pintu akhirnya terbuka. Tadinya Kai hanya menebak, tapi ternyata instingnya benar.

 

Begitu pintu terbuka, Kai di hadapkan pada sebuah kamar sederhana dengan ranjang tunggal. Penerangan di ruangan tersebut pun terlihat temaram. Hanya mengandalkan cahaya matahari yang menembus gorden.

 

Mungkinkah ini kamar Do Kyung Soo?

 

Tatapan Kai tertuju pada sebuah buku yang terbuka di atas nakas. Diraihnya buku bersampul tebal tersebut dan mulai meneliti isi yang tertulis.

 

Seketika itu juga bayangan seseorang melintas di belakangnya. Kai yang terkejut segera menoleh ke belakang, tapi tak menemukan siapa-siapa di sekitar ruangan.

 

Sambil mengelus tengkuknya, Kai kembali memfokuskan perhatian kepada buku yang berisi tulisan tangan kalimat puisi tersebut hingga tiba-tiba ia merasakan kehadiran seseorang di belakang punggungnya disertai bunyi derit pintu yang membuat ruangan sunyi tersebut menjadi menyeramkan seperti di film-film horor kebanyakan.

 

Dengan perlahan, Kai memutar kepalanya ke belakang, takut jika ia akan segera berhadapan dengan sosok yang tidak diharapkannya, walaupun hari masih senja, belum mencapai malam.

 

Seiring perputaran itu derit pintu semakin mendecit dan akhirnya pintu tertutup rapat setelah Kai menoleh ke belakang, seolah baru saja ada yang menarik pintu hingga menutup dari luar.

 

Kai segera berlari menghampiri pintu yang tiba-tiba tidak bisa terbuka itu. “Siapa di luar? Tolong buka pintunya!” serunya sambil menggedor-gedor pintu dan menaik-turunkan kenop pintu dengan panik.

 

Seruan dan gedoran tersebut menggema di sekitar ruangan hingga akhirnya terdengarlah gumaman seorang pria dengan suara berat dan seperti bisikan.

 

Keluar.

 

Kai yang sudah bersimbah keringat tak mampu menahan ketakutannya lebih lama lagi hingga dengan satu sentakan akhirnya pintu pun terbuka. Dengan langkah cepat, ia bergegas keluar dari kamar tersebut dan dirinya begitu terkejut saat pintu menutup dengan sendirinya disertai bunyi debuman.

 

Kai mengatur napasnya yang tersengal dan menunduk seketika saat menyadari bahwa buku tadi berhasil dibawanya keluar dan sekarang berada dalam dekapannya.

 

Setelah insiden mengerikan itu, Kai menghubungi Myungji dan memutuskan untuk menginap semalam di rumah ibunya tersebut. Kai bukannya takut. Ia hanya trauma dengan kejadian-kejadian yang belakangan ini dialaminya. Mungkin saja Do Kyung Soo tidak menyukainya. Berbagai pikiran negatif memenuhi isi kepalanya hingga membuatnya tetap terjaga, tak bisa tidur.

 

Kai pun meraih buku milik Kyungsoo dan membaca lembar per lembar hingga ia akhirnya merasa perlu untuk kembali menjenguk Sekyung.

 

Keesokkan paginya, Kai memutuskan mengunjungi rumah sakit tempat Sekyung dirawat. Seperti biasa, Bibi kini menyambutnya dengan senyum hangat. Setelah meminta ijin, Kai akhirnya mulai membuka lembar pertama buku Kyungsoo. Disitu tertulis sebuah cerita pendek yang lalu dibacakan Kai ke telinga Sekyung. Awalnya Bibi terlihat keheranan, namun setidaknya ia tahu kalau apa yang dilakukan Kai tidak merugikan putrinya.

 

Hari demi hari yang tersisa di Korea Kai habiskan dengan mengunjungi Sekyung setiap hari dan membacakan cerita pendek ataupun puisi yang tertulis di buku Kyungsoo. Hingga hari terakhir sebelum kepulangannya ke Jepang, Kai memilih sebuah puisi yang menurutnya sangat bermakna untuk dibacakan.

 

Sedingin es

Salju di malam hari

Begitulah aku memperlakukanmu

Dan aku tahu terkadang aku dapat melewati batas

Yah, itulah kenyataannya

 

Aku tahu suatu hari nanti ini akan menjadi semakin berat

Tapi aku tidak akan pernah bisa meninggalkanmu

Tidak peduli apa yang terjadi

 

Karena jika aku ingin pergi, aku akan segera pergi

Tapi aku benar-benar membutuhkanmu di sisiku

Karena hanya kaulah yang lebih mengenal diriku

 

Dari & Untuk: Kyung’s

 

***

 

3 bulan kemudian.

 

Setelah sukses mengerjakan proyek sebuah taman mini di Jepang, karir Kai semakin cemerlang. Sore itu ia baru hendak pulang saat tiba-tiba seorang gadis menghadangnya di lobby kantor.

 

“Kim Kai?”

 

Kai masih ingat wajah dan suara gadis yang dihadapannya ini. Hanya saja sekarang tidak ada lagi seragam sekolah.

 

“Aku Shin Sekyung.”

 

Ujung bibir Kai tertarik sedikit ke atas. Ia sudah dengar kabar dari ibunya bahwa tak lama setelah ia kembali ke Jepang, Sekyung sadar dari koma dan mengalami hilang ingatan. Benar saja, kini Sekyung sudah terlihat jauh lebih sehat.

 

“Lama tidak bertemu, Sekyungssi.”

 

“Apa mungkin kita pernah bertemu sebelumnya?”

 

Kai menimbang-nimbang sejenak. “Menurutmu?”

 

“Ah, sudahlah. Lupakan saja. Lagipula aku kemari hanya untuk bertanya satu hal padamu.”

 

“Apa itu?”

 

“Menurut pengakuan ibuku, selama aku koma, setiap hari kau membacakanku isi dari buku ini.” Sekyung mengacungkan sebuah buku yang tak asing lagi bagi Kai.

 

“Ya. Kau benar.”

 

Wajah Sekyung terlihat sedikit lega. “Syukurlah! Ada sebuah cerita dalam buku ini yang belum selesai. Bisakah kau melanjutkannya untukku? Aku benar-benar membutuhkannya.”

 

Sebelum hari ini pun, Kai sudah dapat berdamai dengan arwah Kyungsoo yang tadinya sempat tak rela dengan kehadiran Kai di sekitar orang-orang yang disayanginya. Tapi melalui sebuah mimpi akhirnya Kyungsoo berterima kasih, lalu menghilang di balik cahaya putih.

 

“Aku tidak bisa menulis cerita. Tapi aku bisa menggambarkannya untukmu.”

 

Mungkin benar kata ibunya: Takdir adalah sebuah misteri. Kau tidak akan bisa menghindar karena bisa saja di balik itu semua ada sesuatu hal yang tak terduga.

 

Kai menginjakkan kaki di Seoul lalu bertemu ibunya. Melalui sebuah rumah, Kai dapat berhubungan dengan teman sekamarnya yang berbeda dunia hingga sekarang. Pertemuannya hari ini dengan Sekyung pun bukan hanya sekali ini saja. Mungkin mereka akan sering bertemu di masa depan.

 

Author’s Note:

Huaaaa~ ending ini sepertinya kurang memuaskan… T.T

Mian kalau cerita ini terkesan monoton dan ga jelas. Sebenarnya banyak yang pengen dijabarin, tapi otak lagi mumet. Jadi pilihan katanya kurang banyak T.T

Well, semoga readers menikmati ya!^^

Kritik dan saran sangat membantu. Thanks buat kalian yang udah mau baca. Keep reading! XD

 

-xoxo-